Laman Utama
Selasa, 30 April 2013
POTENSI PADI
BPP Model Kecamatan Srumbung
SOP Salak Nglumut
SOP Salak Nglumut
PENGANTAR
Salak
nglumut merupakan komoditas khas unggulan dan andalan
Kabupaten Magelang. Jenis buah ini merupakan buah asli Indonesia yang memiliki
prospek sangat baik untuk dikembangkan sebagai komoditi ekspor.
Keunggulan salak nglumut terletak pada rasa daging buah yang manis meskipun umurnya masih muda dan tidak dimiliki oleh jenis
salak lainnya
Tantangan
yang dihadapi
dalam pengembangan kawasan salak nglumut adalah meningkatkan kualitas,
kwantitas dan kontinyuitas produksi agar buah salak nglumut dapat memenuhi
kebutuhan konsumen dalam keamanan pangan, maka dalam mengelola dan budidaya harus mengikuti kaidah-kaidah dan prosedur
pelaksanaan yang telah ditentukan, ialah dengan pelaksanaan Standar Operasional
Prosedur (SOP).
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Magelang membantu dan
memfasilitasi pembuatan SOP salak nglumut. Tim penyusun SOP salak nglumut Kabupaten Magelang ini
adalah Direktorat Tanaman Buah, Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Tengah, BPSB Kabupaten Magelang, Dinas Pertanian Kabupaten Magelang, BPTPH
Kabupaten Magelang, BPPKP Kabupaten Magelang,BPPK Kecamatan Srumbung Asosiasi Salak Nglumut Kabupaten Magelang,
Pusat Pendidikan Pelatihan Pertanian Swadaya (P4S) Kabupaten Magelang dan
petani Kabupaten Magelang.
SOP salak nglumut ini dimaksudkan sebagai
contoh acuan dalam budidaya tanaman salak di daerah sentra produksi di
Kabupaten Magelang, dengan penyesuaian-penyesuaian yang mengacu pada
rekomendasi setempat. SOP ini masih akan terus mengalami perbaikan dan
penyempurnaan sesuai dengan perkembangan di lapang.
Magelang, Januari
2012
Kepala
Dinas Pertanian
Tanaman
Pangan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Magelang
Ir. WIJAYANTI, Msi
Pembina Utama Muda
NIP. 19581227 198512 2 001
IV. Penyulaman
A. Bahan dan Alat :
a. Sepatu boot
b. Topi/pelindung kepala
c. Bibit salak betina/jantan
d. Cangkul, sekop
e. Pupuk dasar yaitu pupuk organik
(pupuk kandang/ pupuk kompos) yang sudah masak.
f. Pisau, gunting
g. Air
B.
Fungsi
:
a.
Sepatu boot, topi/alat pelindung
kepala, seperti pada SOP Penanaman Bibit Jantan dan Betina untuk melindungi kaki agar
tidak terkena duri pelepah salak.
b.
Bibit betina, untuk menghasilkan produksi salak
yang tinggi.
c.
Bibit jantan untuk menghasilkan serbuk sari
d.
Cangkul, sekop, seperti pada SOP Penanaman Bibit Jantan dan
Betina. untuk menutup lubang tanam
e.
Pupuk dasar (pupuk kandang/ pupuk kompos), untuk meningkatkan kesuburan tanah
f.
Pisau, gunting, seperti pada SOP Penanaman Bibit Jantan dan
Betina. untuk memotong polybag
g.
Air, untuk membasahi tanah
C.
Prosedur
Pelaksanaan :
a.
Periksa penyebab matinya tanaman tanaman.
b.
Catat hasil pengamatan pada lembar pencatatan.
c.
Hitung jumlah tanaman yang akan disulam
d.
Persiapkan bibit salak pengganti menggunakan varietas yang sama dengan umur yang sama atau hampir sama.
e.
Bongkar tanaman yang mati atau tumbuh abnormal
f.
Tanam bibit pada lokasi bekas tanaman yang mati atau tumbuh abnormal.
g.
Padatkan tanah dengan baik.
h.
Siram tanah dengan air secukupnya, khususnya bila tanah dalam keadaan
kering dan pada musim kemarau.
i.
Catat jumlah, waktu dan lokasi tanaman yang disulam.
V. Penjarangan Anakan
a. Sepatu boot
b. Topi/ alat pelindung kepala
c. Pisau, sabit, parang
d. Pahat
e. Karung
f. Cangkul
g. Sarung tangan
B.
Fungsi
:
a.
Fungsi sepatu boot, topi/alat pelindung kepala, seperti pada SOP Penanaman Bibit
Jantan dan Betina untuk melindungi kaki agar tidak terkena duri pelepah salak.
b.
Pisau,sabit, parang, untuk memotong anakan yang
tidak diharapkan.
c.
Pahat, untuk memisahkan anakan salak pada bagian pangkal yang susah
terjangkau
d.
Karung, untuk tempat mengumpulkan daun hasil pemangkasan
e.
Sarung tangan, untuk melindungi
tangan dari kotoran dan duri tanaman salak
C.
Prosedur
Pelaksanaan :
a.
Periksa lokasi dan
luas areal tanaman yang perlu dijarangkan anakannya
b.
Hitung perkiraan kebutuhan tenaga kerja
c.
Beri penjelasan
kepada tenaga kerja tentang pekerjaan yang harus dilakukan, cara mengerjakan
serta luas dan lokasi
tanaman yang harus dijarangkan.
d.
Amati anakan yang akan dipotong
e.
Perhatikan posisi
dan letak anakan didalam rumpun tanaman secara
keseluruhan.
f.
Pilih pelepah daun dan anakan yang akan dipangkas/dipotong.
g.
Pangkas pelepah yang rebah, tua, mati/kering , rusak atau terkena hama dan penyakit.
h.
Pangkas anakan yang terlalu
banyak, keluar dari barisan
tanaman dan pertumbuhan kurang baik.
i.
Buat dalam satu rumpun cukup dua anakan yang baik untuk dipelihara.
j.
Pangkas/ potong pangkal rumpun lalu pisahkan dari rumpun induknya.
k.
Cangkok anakan yang baik, dan pisahkan dari induknya untuk bibit.
l.
Hasil pangkasan anakan yang rusak/sakit dimasukkan dalam karung lalu
dibakar di suatu tempat yang telah ditentukan, atau diproses lebih lanjut untuk
dijadikan kompos.
m.
Periksa pelaksanaan prosedur penjarangan anakan
n. Catat tindakan yang dilakukan.
VI. Pemupukan
A.
Bahan
dan Alat :
a.
Sepatu boot
b.
Topi/ pelindung kepala
c.
Sarung tangan
d.
Pupuk organik (pupuk kandang /kompos/ bokashi).
Pupuk organik (pupuk kandang sapi, kambing atau kelinci) dengan takaran 40 kg/rumpun diberikan 2 kali per tahun, pada awal musim penghujan 20
kg/rumpun dan sisanya pada akhir musim
penghujan, serta pada pertengahan pemberian
pupuk pertama dan kedua diberikan PGPR, dengan dosis yang telah ditentukan.
e.
Pupuk an organik (NPK) Urea, SP 36 dan
KCl dengan
perbandingan (1 : 1 : 2) dengan dosis 120 gram pertahun, diberikan tiga kali.
Apabila menggunakan NPK (15:15:15)
diberikan dengan dosis 0,75 kg perumpun diberikan tiga kali pada waktu sehabis mangkas,
pembentukan bunga dan pembesaran buah.
f.
Cangkul
g.
Beko/sorong
h.
Air (bila diperlukan)
i.
Timbangan
j.
Ember
B.
Fungsi
bahan dan alat :
a.
Sepatu boot, topi/alat pelindung
kepala, seperti pada SOP Penanaman Bibit Jantan dan Betina
b.
Sarung tangan untuk melindungi tangan dari kotoran
c.
Pupuk untuk memperbaiki
sifat tanah, yaitu sifat fisik, kimia dan biologi
tanah.
d.
Cangkul, untuk membuat lubang tempat meletakkan/membenamkan pupuk ke
dalam tanah.
e.
Beko/sorong, untuk mengangkut alat dan bahan dari gudang ke lahan produksi.
f.
Air, untuk membasahi tanah bila diperlukan
g.
Timbangan, untuk menimbang berat pupuk yang diperlukan
h.
Ember, untuk membawa air atau pupuk yang telah ditimbang
C.
Prosedur Pelaksanaan
a.
Periksa lokasi dan luas lahan yang perlu dipupuk.
b.
Tentukan jenis dan jumlah pupuk yang
diperlukan mengacu pada perhitungan sbb
:
§ Pupuk organik (pupuk kandang sapi, kambing atau kelinci) dengan takaran 40 kg/rumpun diberikan 2 kali per tahun, pada awal musim penghujan 20
kg/rumpun dan sisanya pada akhir musim penghujan, serta pada pertengahan
§ pemberian pupuk pertama dan kedua diberikan
PGPR, dengan dosis yang telah ditentukan.
§ Urea, SP 36 dan KCl dengan perbandingan (1 : 1 : 2) dengan dosis 120 gram pertahun, diberikan
tiga kali.
§ Apabila menggunakan NPK (15:15:15)
diberikan dengan dosis 0,75 kg perumpun diberikan tiga kali pada waktu sehabis mangkas,
pembentukan bunga dan pembesaran buah.
c.
Beri penjelasan kepada
tenaga kerja tentang
luas lahan dan jumlah tanaman yang akan dipupuk.
d.
Buat lubang sedalam ± 15 cm dengan cangkul, pada arah utara – selatan, atau barat – timur, atau melingkar selebar tajuk
sesuai rotasi.
e.
Masukkan/taburkan pupuk ke dalam lubang sesuai takaran secara merata. tutup
dengan sebagian tanah.
f.
Siramkan air dalam jumlah yang mencukupi.
g.
Catat waktu, jenis, jumlah, dan cara aplikasi pupuk.
VII. Pengairan
A.
Alat dan bahan :
a.
Selang plastik
b.
Paralon/ pipa PVC
c.
Pompa irigasi
d.
Bak penampung air
e.
Parit
B.
Fungsi
a.
Selang, untuk menyalurkan air dari bak penampungan air
b.
Paralon/ pipa PVC untuk menyalurkan air dari
bak penampung ke lahan produksi
c.
Pompa irigasi, untuk menyalurkan air dari tempat yang rendah ke tempat yang
lebih tinggi, atau ke tempat
yang jauh.
d.
Bak penampung air, untuk menampung air yang akan digunakan untuk mengairi.
e.
Parit berfungsi untuk memasukkan
dan membuang air.
C.
Prosedur Pelaksanaan
a.
Periksa lokasi dan luas areal yang perlu diairi.
b.
Deteksi gejala kekurangan air melalui :
1.
Adanya gejala kekeringan pada tanaman, bila helaian daun kering dan
berwarna coklat, perlu segera dilakukan tindakan pengairan
2.
Periksaan kelembaban tanah, dengan
cara ambil tanah dari sekitar bawah tajuk. Kepalkan tanah tersebut dengan
tangan lalu dijatuhkan dari ketinggian 120 – 130 cm, bila hancur maka perlu
dilakukan pengairan.
c.
Periksa kesiapan/kondisi pipa PVC/pompa irigasi, selang, dan bak penampung air.
d.
Letakkan selang pada tempat-tempat yang tepat untuk melakukan pengairan.
e.
Siapkan bak penampung air, selang, lalu operasikan pompa irigasi.
f.
Lakukan pengairan tanaman antara jam 8-10 atau jam 15-17, sesuai kondisi
iklim dan ketersediaan air tanah.
g.
Lakukan pengairan dengan cara
penyiraman, atau di “leb” atau mengalirkan air melalui parit.
h.
Hentikan pemberian air bila tanah telah cukup lembab. Tanah yang lembab
dicirikan oleh kepalan tanah yang dijatuhkan dari ketinggian 120 – 130 cm tidak
hancur.
i.
Periksa kelembaban tanah. Bila tanah
kurang lembab ulangi langkah f.
j.
Lakukan pemberian air sebelum ada gejala kekeringan tanaman. Kebutuhan
tanaman sekitar 2 liter per rumpun per hari.
k.
Pola kebutuhan air pada tanaman salak berdasar fase pertumbuhan tanaman
adalah sebagai berikut :
o
Diperlukan dalam jumlah banyak pada fase :
§ Setelah pemangkasan pelepah
§ Tumbuh anakan
§ Pembesaran buah
o
Diperlukan dalam jumlah sedikit/sangat sedikit pada fase :
§ Inisiasi pembungaan
§ Menjelang panen
VIII. Pemangkasan Pelepah
A.
Bahan dan Alat :
a.
Sepatu boot
b.
Topi/ pelindung kepala
c.
Sarung tangan dari kulit
d.
Pisau, sabit, parang
e.
Karung
B.
Fungsi
a.
Fungsi sepatu boot, topi/ alat pelindung kepala seperti pada SOP Penanaman
Bibit Jantan dan Betina untuk melindungi kaki agar tidak terkena duri pelepah salak.
b.
Sarung tangan kulit untuk perlindungan agar jari-jari dan telapak tangan
tidak terkena duri tanaman salak.
c.
Pisau, sabit, parang, seperti pada SOP
Penjarangan Anakan untuk memotong anakan yang tidak diharapkan.
d.
Karung, untuk tempat mengumpulkan pelepah hasil pemotongan
C.
Prosedur Pelaksanaan
a.
Periksa lokasi dan
luas areal tanaman yang perlu dipangkas/dipotong.
b.
Hitung perkiraan kebutuhan tenaga kerja
c.
Beri penjelasan tenaga kerja tentang pekerjaan dan cara yang harus dilakukan,
luas dan lokasi tanaman yang harus dipangkas
d.
Perhatikan bentuk tanaman secara keseluruhan
e.
Identifikasi pelepah yang kering, rusak, terserang hama dan penyakit, rebah, dan jumlah
pelepah dalam satu batang tidak lebih dari 9 pelepah.
f.
Potong pelepah yang telah diidentifikasi dengan cara membuang daun terlebih
dahulu, lalu memotong pelepah pada bagian pangkal.
g.
Hasil pangkasan dimasukkan dalam rorak yang telah dibuat di dalam kebun
diantara tanaman salak untuk menambah aerasi dan bahan organik tanah.
IX. Pengendalian OPT
A.
Bahan
dan Alat :
a.
Pestisida alami/ Metharizium
anisoplae,.
b.
Insektisida kimiawi /Diazenon 10 G/ Rugby 10 G
c.
Lampu perangkap
d.
Pupuk kandang
e.
Air
f.
Sprayer
g.
Alat dan sarana pelindung : sarung tangan, baju lengan panjang
h.
Cangkul
i. Alat pengaduk
B. Fungsi
:
a.
Bahan pengendali OPT
(pestisida alami/kimiawi), untuk mengendalikan OPT yang berpotensi mengganggu
pencapaian target.
b.
Lampu perangkap untuk
mengetahui perkembangan penerbangan imago
c.
Alat dan sarana pelindung : sarung tangan,dan baju lengan panjang, untuk
melindungi bagian tubuh dari bahaya cemaran bahan kimiawi (pestisida)
d.
Sabit untuk mengambil OPT dan membenamkannya ke dalam tanah
e.
Cangkul untuk sanitasi kebun dan membuat lubang perangkap
C. Prosedur Pelaksanaan :
1. Hama
Gendon
a.
Lakukan pengamatan terhadap Gendon secara berkala (seminggu sekali)
b.
Amati gejala serangan hama gendon pada bagian pangkal pelepah/ pangkal
batang yang menyebabkan ujung tunas muda mulai tampak menguning, dan daun malai
mengecil dengan pertumbuhan tidak sempurna.
c.
Lakukan tindakan pengendalian dengan secara fisik dan mekanik dengan cara
mengambil Gendon tersebut dengan tangan
atau sabit dan memusnahkannya.
d.
Lakukan tindakan pengendalian dengan penyemprotan pestisida
alami/biopestisida pada bagian pangkal batang/ pangkal pelepah, dengan
e.
dosis 0,5 – 1 liter larutan per rumpun tanaman, atau lakukan tindakan
pengendalian dengan menyumbat liang gerek dengan kapas yang telah dicelupkan ke
dalam Curacron 500 EC, dengan dosis 2 cc/ liter air.
f.
Lakukan sanitasi dengan membersihkan rumput-rumput/seresah disekitar tanaman
g.
Catat blok dan tindakan pengendalian yang dilakukan
h.
Catat jenis, cara dan dosis pestisida yang digunakan
2.
Hama kumbang
a.
Lakukan pengamatan terhadap kumbang, secara
berkala (seminggu sekali)
b.
Amati gejala serangan hama kumbang pada bagian pangkal pelepah/ pangkal
batang/ bagian titik tumbuh. Titik tumbuh pertumbuhannya terganggu dan akan
mengalami kematian.
c.
Lakukan tindakan pengendalian dengan secara fisik dan mekanik dengan cara
mengambil kumbang tersebut dengan tangan
atau sabit dan memusnahkannya.
d.
Lakukan tindakan pengendalian dengan penyemprotan pestisida
alami/biopestisida pada bagian pangkal batang/ pangkal pelepah, dengan dosis
0,5 – 1 liter larutan per rumpun.
e.
Lakukan tindakan pengendalian dengan meneteskan larutan insektisida
Curacron 500 EC, dengan dosis 2 cc/ liter air, menggunakan kapas yang telah
dicelupkan dalam insektisida tersebut pada bagian titik tumbuh tanaman.
f.
Catat blok dan tindakan pengendalian
yang dilakukan.
g.
Catat jenis, cara dan dosis pestisida yang digunakan.
3.
Uret
a.
Lakukan pengamatan terhadap uret, secara berkala (seminggu sekali)
b.
Amati gejala serangan uret pada bagian akar yang menunjukkan gejala
terpotong-potong dan daun yang menunjukkan gejala menguning dan kering
c.
Lakukan tindakan pengandalian secara fisik dan mekanik dengan cara
mengambil uret tersebut dengan tangan atau cangkul dan memusnahkannya
d.
Lakukan tindakan pengendalian dengan pemberian insektisida Furadan 3 G,
dengan cara dibenamkan disekitar rumpun tanaman dengan dosis 10 gram per rumpun
e.
Catat blok dan tindakan pengendalian yang dilakukan
f.
Catat jenis, cara dan dosis pestisida yang digunakan
4.
Tikus
a
Lakukan pengamatan terhadap Tikus, secara berkala
(seminggu sekali)
b
Amati gejala serangan Tikus pada bagian buah yang
menunjukkan gejala buah barlubang
takberaturan
yang menunjukkan bekas keratan gigi
tikus
c
Lakukan tindakan pengandalian secara fisik dan
mekanik dengan cara membersihka kokasi
kebun
d
Lakukan tindakan pengendalian dengan pemberian
umpan pada tikus, dengan cara umpan
dicanpur
dengan racun tikus kemudian dilrtakkan disekitar
rumpun tanaman
e
Catat blok dan tindakan pengendalian yang
dilakukan
5.
Jamur ( Penyakit pada buah salak)
a.
Lakukan pengamatan terhadap jamur, secara
berkala (seminggu sekali)
b.
Amati gejala serangan jamur pada buah yang menunjukkan gejala adanya jamur
berwarna putih menutupi buah, yang
menyebabkan buah terhambat perkembangannya dan busuk.
c.
Lakukan tindakan pengendalian dengan secara fisik dan mekanik dengan cara
mengambil buah yang menunjukkan gejala dengan tangan atau sabit dan memusnahkannya.
d.
Lakukan tindakan pengendalian dengan penyemprotan pestisida
alami/biopestisida pada bagian buah/ pangkal batang/ pangkal pelepah, dengan
dosis 0,5 – 1 liter larutan per rumpun
e.
Catat blok dan tindakan pengendalian
yang dilakukan.
f.
Catat jenis, cara dan dosis pestisida yang digunakan.
X. Penyerbukan
A.
Alat dan bahan:
a.
Sepatu boot
b.
Sarung tangan dari kulit
c.
Topi / pelindung kepala
d.
Bunga jantan
e.
Bunga betina
f.
Arit/ gunting
g.
Tutup bunga betina
B.
Fungsi :
a.
Fungsi sepatu boot, seperti pada SOP Penanaman Bibit Jantan dan Betina
b.
Fungsi sarung tangan, seperti pada SOP Pemangkasan Pelepah
c.
Fungsi topi, seperti pada SOP Pemangkasan Pelepah
d.
Bunga jantan sebagai sumber serbuksari
e.
Bunga betina untuk lokasi penyerbukan
f.
Arit/ gunting untuk memotong bunga jantan
g.
Tutup bunga betina untuk menutup hasil penyerbukan
C.
Prosedur Pelaksanaan:
a.
Periksa bunga betina yang siap dibuahi, dengan ciri seludang bunga sudah berwarna coklat
tua, dan bila dibuka putik bunga berwarna merah
b.
Konfirmasi luas areal
dan lokasi yang akan diserbuki.
c.
Hitung jumlah tongkol
bunga jantan yang dibutuhkan untuk menyerbuki bunga betina dengan acuan satu
tongkol bungan jantan dapat untuk menyerbuki 10-30 bunga betina
d.
Beri penjelasan pekerja mengenai lokasi dan luasan yang perlu diserbuki.
e.
Lakukan penyerbukan pada bunga
betina yang seludangnya sudah terbuka, berwarna merah dan beraroma wangi
f.
Potong bunga jantan yang telah siap diserbukan dari tandannya
g.
Lakukan proses penyerbukan pada pagi atau sore hari
h.
Buka seludang bunga betina, oles atau ketuk-ketukkan serbuk bunga jantan di
atas bunga betina.
i.
Tutup bunga yang telah dibuahi dengan tutup (daun muda atau plastik bekas
air mineral).
j.
Buka tutup tandan 3-5 hari setelah penyerbukan
k.
Inspeksi tindakan penyerbukan tersebut
l.
Catat dalam lembar kegiatan.
m.
Lakukan pencatatan lokasi dan blok sesuai tanggal.
n.
Buka penutup tandan setelah 3-5 hari setelah penyerbukan
o.
Catat keberhasilan proses penyerbuka
XI. Penjarangan Buah
A.
Alat dan bahan:
a.
Sepatu boot
b.
Sarung tangan dari kulit
c.
Topi / pelindung kepala
d.
Kawat tajam/ tusuk sate
e.
Obeng
f.
Tang / Cathut
g.
Karung
B.
Fungsi:
a.
Fungsi sepatu boot, seperti pada SOP Penanaman Bibit Jantan dan
Betina.
b.
Fungsi sarung tangan, seperti pada SOP Pemangkasan Pelepah
c.
Fungsi topi/pelindung kepala, seperti pada SOP Pemangkasan Pelepah
d.
Kawat tajam/tusuk sate untuk menusuk buah yang akan dijarangkan
e.
Obeng untuk mencongkel buah yang
akan dijarangkan
f.
Tang / Cathut untuk mengambil buah yang sudah goyah dari tangkainya
g.
Karung, untuk mengumpulkan buah-buah kecil hasil penjarangan
C.
Prosedur Pelaksanaan:
a.
Periksa buah yang perlu
dijarangkan.
b.
Konfirmasi luas areal
dan lokasi yang akan dijarangkan.
c.
Beri penjelasan pekerja mengenai lokasi dan luasan yang perlu dijarangkan.
d.
Lakukan penjarangan pertama saat 2 bulan setelah penyerbukan (ukuran buah
sebesar kelereng) dengan cara memilih
buah yang abnormal, terserang hama dan penyakit atau buah yang normal
tapi posisinya terjepit.
e.
Tusuk buah yang dipilih untuk dijarangkan, kemudian ditarik dengan
menggunakan kawat tajam/ tusuk sate
f.
Kumpulkan buah hasil penjarangan ke dalam wadah/karung untuk dibuang
g.
Kumpulkan karung-karung yang sudah penuh di sisi kiri jalan kolektor.
h.
Lakukan penjarangan kedua, sebulan
setelah penjarangan pertama dengan cara yang sama seperti penjarangan pertama,
atau dengan mencongkel buah yang dipilih dengan menggunakan obeng.
i.
Lakukan pembungkusan tandan dengan anyaman atau keranjang bambu
j.
Periksa tindakan penjarangan. Bila
tidak sesuai standar ulangi mulai langkah d sampai i.
XII. Panen
A. Bahan dan Alat :
a.
Sepatu boot
b.
Sarung tangan dari kulit
c.
Topi / pelindung kepala
d.
Linggis / Bilah bambu
e.
Dorit (Bendho-Arit),
Gergaji Kecil
f.
Keranjang pengumpul
buah
B. Fungsi :
a.
Fungsi sepatu boot, sarung tangan, topi/ alat pelindung kepala seperti pada
SOP Penjarangan Buah
b.
Linggis/bilah bambu
untuk membuka tandan agar dapat dimasuki Dhorit atau Gergaji Kecil .
c.
Dhorit atau Gergaji
Kecil untuk memotong tandan buah salak
d.
Keranjang pengumpul
buah, untuk mengumpulkan buah hasil panen agar tidak terkena kotoran dan untuk
mengangkut ke lokasi pengumpulan.
C. Prosedur Pelaksanaan :
a.
Periksa lokasi dan
luas pertanaman yang sudah siap panen dan perkirakan jumlah pekerja yang
diperlukan.
b.
Periksa buah yang
sudah memenuhi syarat untuk dipetik (dari catatan umur buah, kenampakan fisik,
tekstur buah, warna kulit), dengan ciri-ciri sisik yang telah jarang, bulu-bulu
yang telah hilang dan warna kulit buah merah kehitaman atau kuning tua dan
berkilat.
c.
Beri penjelasan
pelaksana panen tentang lokasi dan luas areal yang siap panen.
d.
Potong tandan buah
dengan pahat/pisau pada bagian pangkal.
e.
Masukkan hasil panen
ke dalam keranjang pengumpul buah secara hati-hati.
f.
Letakkan keranjang
yang sudah penuh di tepi kebun pada bagian yang teduh.
g.
Angkut keranjang ke
bangunan pengumpul.
XIII. Pasca Panen
A.
Bahan
dan Alat:
a.
Sarung
tangan dari kulit
b.
Sikat
sepatu
c.
Kuwas
Ijuk Besar
d.
Lap
e.
Keranjang
buah
f.
Stiker
g.
Kranjang
pengumpul buah
h.
Kranjang pengemas/besek/peti/kardus buah
i.
Spidol
B.
Fungsi:
a.
Sarung tangan dari kulit untuk perlindungan agar jari-jari dan telapak
tangan tidak terkena duri halus kulit buah salak
b.
Sikat sepatu, untuk membersihkan kotoran pada buah lepas tandan
c.
Kuas Ijuk Besar, untuk membersihkan kotoran pada buah tandanan
d.
Lap, untuk membersihkan buah
e.
Keranjang buah, untuk menampung buah yang sudah dipilah
f.
Keranjang pengemas/besek/peti/kardus buah, untuk tempat buah yang akan
dikirim dan dipasarkan sesuai dengan kelas/grade-nya
g.
Stiker, untuk tanda pengenal pada buah
h.
Spidol, untuk memberi tanda pada kemasan kranjang
C.
Prosedur
Pelaksanaan:
a.
Konfirmasi volume buah yang akan dipanen.
b.
Perkirakan kebutuhan pekerja, stiker, dan kranjang.
c.
Konfirmasi ketersediaan stiker dan kranjang pengumpul buah
d.
Beri penjelasan operator dan pekerja mengenai volume dan standar/ kelas
yang akan dibuat. Kelas A (8-12 buah /kg, kelas B (13-17 buah/kg), kelas C
(18-22 buah/kg).
e.
Periksa kebersihan dan kesiapan alat dan keranjang pengumpul.
f.
Letakkan keranjang pengumpul pada tempatnya.
g.
Sortir buah berdasar penampakan dan ukuran kelas.
h.
Masukkan kedalam keranjang pengemas dengan ukuran untuk 20 kg buah kemudian
ditimbang.
i.
Beri tanda, serta stiker kode pada keranjang pengemas sesuai ukuran buah.
j.
Periksa hasil dalam kemasan. Bila tidak sesuai standar kembali ke langkah
(g)
k.
Masukkan ke gudang penyimpanan atau kendaraan pengangkut.
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
SALAK
NGLUMUT
DINAS
PERTANIAN TANAMAN PANGAN PERKEBUNAN
DAN
KEHUTANAN KABUPATEN MAGELANG
BPP Model Kecamatan Srumbung
Langganan:
Postingan
(
Atom
)